Pria sering kali menerima informasi yang salah tentang disfungsi ereksi atau DE dan secara sembunyi-sembunyi mencari penyebab dan upaya penyembuhannya. Memahami fakta soal DE adalah faktor penting guna menghilangkan hambatan untuk mencari kesembuhan.
Dalam sebuah survei bertajuk Asia Pacific Sexual Health and Overall Wellness (APSHOW), ada sejumlah mitos tentang DE yang masih dipercaya sebagian kaum adam. Padahal, mitos ini tidaklah benar. Berikut mitos-mitos tersebut.
1. Sulit ereksi adalah hilangnya ketertarikan seks atau mandul.
Faktanya, sebagian pria dengan kesulitan ereksi masih memiliki gairah dan keinginan untuk mendapat orgasme dan mengalami ejakulasi cairan semen. Kesulitan ereksi terkait dengan kemampuan membuat atau mempertahankan ereksi dan tidak berarti kehilangan keinginan dalam melakukan hubungan seksual.
2. Pria selalu ingin dan siap untuk melakukan hubungan seks.
Faktanya, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Dalam kehidupan nyata, kelelahan fisik atau berpikir keras mengenai pekerjaan dan keluarga bisa memengaruhi gairah pria dan kegiatan seksualnya. Berada dalam kerangka pikir yang tepat adalah penting dalam stimulasi respons seksual pada pria.
3. Disfungsi ereksi hanya memengaruhi pria.
Fakta ini tidak sepenuhnya benar karena wanita juga terkait dengan masalah tersebut. Itu karena wanita juga dapat merasakan dampaknya. Kecenderungan untuk menghindari kontak seksual sering kali menyebabkan pasangan merasa tidak dicintai lagi, tidak diinginkan, dan tidak menarik lagi. Kegagalan dalam mengomunikasikan atau mengetahui permasalahan bisa mengakibatkan depresi dan kecemasan.
4. "Pria sejati" tak mungkin sulit ereksi.
Kenyataannya, pada suatu waktu, banyak pria kesulitan mengalami ereksi dan mempertahankannya. Hal ini seiring pertambahan usia, perilaku budaya, dan kebiasaan serta keyakinan. Sesekali mengalami poblem mencapai ereksi atau mempertahankannya bukanlah masalah. Namun jika persoalan berlanjut, maka hal itu akan memengaruhi kehidupan pribadi.
5. Mitos: mencari pertolongan untuk problem sulit ereksi meliputi tes yang memalukan dan tak nyaman.
Padahal, hal itu tidak demikian. Masalah tersebut ada baiknya didiskusikan agar mendapat solusi yang terbaik. Beberapa pria menemui kesulitan untuk berdiskusi tentang persoalan yang dihadapi,terutama permasalahan yang terkait kesehatan seksual. esulitan ereksi berhubungan kuat dengan persoalan budaya atas potensi, sukses, dan kejantanan, yang sering dilingkupi budaya diam.
6. DE adalah problem lumrah dalam proses penuaan.
Nyatanya, disfungsi ereksi tidak harus dianggap sebagai hal yang normal untuk semua pria usia berapa pun. Sekalipun mungkin mereka yang lebih senior membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa terangsang dan mungkin membutuhkan stimulasi fisik, hal ini tidak berarti mereka mengalami disfungsi ereksi.
7. DE "berada di kepala".
Kenyataannya, sebelum dikenal sebagai impoten, DE merupakan topik yang tabu dibicarakan dan merupakan kajian khusus di bidang psikologi. Sekalipun DE memiliki penyabab psikologis (misalnya cemas, stres, perasaan bersalah tentang seksual, kelelahan, masalah dalam hubungan, perasaan terhadap pasangan, dan depresi), kini diketahui bahwa sekitar 80 permasalahan memiliki sebab yang berhubungan dengan masalah fisik.
8. Kesulitan ereksi akan berlalu.
Kenyataannya, persoalan DE adalah persoalan medis dengan solusi pengobatan. Sama halnya dengan terapi yang harus kita terima untuk mengobati kondisi seperti hipertensi, kita juga harus mengobati DE. Bila dibiarkan tidak diobati, DE dapat menimbulkan konsekuensi psikologis, termasuk perasaan malu, kehilangan, atau minder.
Sumber : suara-mail.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar