Aku  adalah seorang isteri dari seorang karyawan swasta. Aku punya  anak dua.  Yang kedua kelas satu. Aku sering nungguin anakku yang kedua  di  sekolahnya, terutama waktu olah raga.Guru olah raga anakku bernama  Pak  Jono. Ia suka sekali bercanda dan berhumor. Tubuhnya tinggi, kurang   lebih 175 cm dan berbadan besar dan kekar. Warna kulit agak hitam. Ia   baru saja bercerai dengan isteri 4 bulan yang lalu. Jadi ia seorang   duda. Selain ia guru olah raga, ia pun pintar memijat. Banyak guru lain   minta dipijet olehnya.
Ketika olah raga seperti biasanya ia  memakai celana training. Sambil  menunggu anakku aku memperhatikan ia  yang sedang olah raga bersama  murid-murid kelas dua. Begitu aku  memperhatikan diantara selangkangannya  aku lihat tonjolan yang  memanjang dan besar. Aku berkata dalam hatiku,  wuh panjang dan besar  sekali barangnya.
Suamiku hobi dipijat. Tukang pijat langganannya selama ini adalah pemijat tunanetra.
“Guru olah di sekolah anak kita pintar memijat, ngerti urat lagi katanya. Coba saja mas!” kubilangi suamiku.
“Boleh juga kita panggil ke sini malam minggu depan. Mau enggak dia ngurut malam-malam?”
“Enggak tahu ya .. Coba aku tanyakan besok ya.”
Keesokan harinya aku pergi ke sekolahan dan bertemu dengan Pak Jono.
“Pak, mau enggak mijetin suami saya?” tanyaku. “Tapi kalo bisa malam hari, Pak.”
“Boleh juga asalkan ongkosnya mahal,” katanya sambil bercanda.
Setelah suamiku pulang kantor sambil makan malam aku ceritakan padanya bahwa Pak Jono mau.
“Boleh panggil ke sini tapi malam sekitar jam 22.00,” kata suamiku.
Sampai  waktu yang ditentukan Pak Jono datang ke rumahku. Ia ngobrol  dengan  suamiku sambil bercanda sehingga baru saja kenal suamiku merasa  akrab  dengannya. Aku duduk di dekat suamiku menemaninya. Kemudian  suamiku  menyuruhku merapikan kamar depan dekat ruang tamu.
Mulailah  suamiku dipijet oleh Pak Jono sambil ngobrol ngalor-ngidul. Pak  Jono  banyak ngebanyol karena memang ia hobi bercanda. Aku nonton TV  sambil  tiduran di sofa ruang tamu ngedengerin obrolan Pak Jono dan  suamiku.
Suamiku mulai bercerita agak serius dengan suara pelan-pelan.
“Aku  ini tidak kuat dalam dalam hubungan seksual. Kenapa, ya? Jadinya   isteriku suka marah-marah kalau hubungan intim. Kalau Pak Jono bagaimana   dengan isteri Anda?”
“Saya sekarang duda sudah 4 bulan. Kalau  dulu sebelum cerai saya  kebalikan bapak. Ia kewalahan dengan kemampuan  saya sampai ia minta  cerai.”
“Wah, hebat kamu ini, Pak.”
Pak Jono yang biasanya suka bercanda mulai berbicara serius.
“Mungkin  Bapak terlalu lelah, atau mungkin punya Bapak terlalu kecil dan   pendek. Bapak urut yang membesarkan dan memanjangkan saja. Saya hanya   bisa mengeraskan saja. Kalau memanjangkan dan membesarkan aku tidak   bisa,” katanya pada suamiku.
“Wah, tukang urut yang memanjangkan dan membesarkan itu banyak yang bohong,” kata suamiku.
“Ada yang bener, Pak. Ada teman saya berhasil dari 13 menjadi 17 cm dan menjadi besar lagi,” kata Pak Jono berusaha meyakinkan.
“Pak Jono pernah nyoba enggak?” tanya suamiku selanjutnya.
“Saya  tidak perlu karena punya saya sudah sangat panjang dan besar.   Panjangnya 19 cm dan besarnya 4,5 inch,” jawab Pak Jono sambil tertawa.   “Kalau punya bapak berapa?”
“Punya saya panjangnya 12 cm besarnya 2,5 inch.”
Mendengar obrolan suamiku dan Pak Jono aku berkata dalam hatiku.
“Wuh…  besar dan panjang sekali punya Pak Jono, pantesan tonjolannya  panjang  dan besar dan itu belum bangun. Apalagi kalau barangnya sudah  bangun.”
Aku jadi berkhayal, kalau seandainya…. Wah, nikmat sekali…
Setelah mereka selesai aku pura-pura tidur. Kemudian suamiku membangunkan aku.
“Bagaimana, Mas? Cocok enggak pijetan Pak Jono?” tanyaku setelah Pak Jono pulang.
“Wah  bagus sekali, lebih bagus daripada langganan saya. Sekarang saya  mau  langganan sama Pak Jono saja. Saya sudah bilang kalau saya mau pijet   tiap malam minggu.”
“Kalau kamu mau juga, boleh coba malam minggu depan. Pijetannya bagus kok. Badanku rasanya enteng dan enak sekali,” kata suamiku
“Aku mau, tapi malu mas, nanti ia cerita di sekolahan.”
“Ya enggak sih, nanti kita bilangin jangan cerita-cerita pada orang lain.”
Keesokan harinya saya ketemu Pak Jono. Sambil tersenyum, ia langsung bertanya padaku.
“Bagaimana Bu? Cocok enggak Bapak dengan pijetan saya?” tanya Pak Jono padaku.
“Cocok sekali… Malam minggu depan bapak disuruh suamiku pijet lagi. Bahkan suamiku mau langganan.”
“Ya.. Bapak sudah bilang sama saya.”
Setelah  suamiku menawarkan untuk diurut oleh Pak Jono, hatiku tidak  karuan,  membayangkan bermacam-macam, bercampur takut dan ingin merasakan   sesuatu. Karena memang aku jarang menemukan kepuasan dengan suami.   Selain punya suamiku lemes, barang kecil dan pendek dan tidak tahan   lama.
Hampir-hampir setiap malam aku membayangkan penis punya Pak  Jono. Aku  berkata dalam hati, barang Pak Jono pasti kehitam-hitaman,  besar dan  panjang. Biasanya orang yang agak hitam itu kuat, mana  badannya tinggi,  besar dan kekar. Pokoknya sangat jantan. Kayak apa  kalau badan yang  besar itu menindiku dan memelukku keras-keras,  sementara badanku  langsing seperti ini, dan tinggiku hanya 155 cm. Apa  kuat aku ditindih  badan raksasa itu. Apa bisa masuk barang sebesar itu  ke lobangku yang  kecil ini. Apa tidak mentok kesakitan bila barang yang  keras dan panjang  ditekan ke lobangku dengan tenaga yang raksasa.  Pokoknya aku  membayangkan antara takut dan ingin merasakan.
Kata teman-temanku barang gede dan panjang itu sangat nikmat sekali. Saking nikmatnya, katanya sampai ngeyut ke ubun-ubun.
Malam  ini malam minggu, Pak Jono akan datang. Hatiku berdebar-debar. Jam   menunjukkan 21.30. Tak lama kemudian Pak Jono datang. Suami   mempersilahkan masuk, dan bilang padanya bahwa aku mau juga dipijet   malam ini, dan suamiku minta tidak bercerita macam-macam ke orang lain.   Pak Jono menjawab, “Ya, tidak dong, Pak.”
Suamiku mulai diurut. Kurang lebih jam 23.00 suamiku selesai diurut.
Sekarang giliran aku yang akan diurut. Aku pakai kain sarung. Suamiku tiduran di sofa di ruang tamu sambil nonton TV.
Aku  mulai tengkurep, hatiku dag-dig-dug. Pak Jono mulai menyingkap kain   sarungku di bagian betis dan memegang betisku sambil mengurut   pelan-pelan, aku merinding merasakan urutan Pak Jono, karena sebelumnya   aku membayangkan sesuatu yang nikmat.
Kini  Pak Jono membisu  seribu bahasa tidak seperti biasanya suka bercanda dan  berhumor,  mungkin menikmati pandangan terhadap betisku yang mulus.  Maklum ia  menduda 4 bulan. Semakin merinding dan berdebar-debar hatiku  ketika Pak  Jono meletakkan kakiku ke pahanya. Sambil mengurut ia maju   sedikit-sedikit sehingga kakiku menyentuh ke bagian selangkangannya   sehingga terasa kakiku menyentuh benjolan yang mulai mengeras.
Dengan suara pelan dan terpatah-patah Pak Jono bertanya.
“Paha ibu mau diurut?”
“Ya pak, memang di bagian itu agak terasa nyilu-nyilu. Pelan ya, Pak,” aku pun menjawab dengan suara pelan.
Pak  Jono mulai menyingkap pelan-pelan sarungku sampai di bawah sedikit   pinggulku. Ketika Pak Jono mengurut pahaku sampai ke selangkanganku, aku   merintih dengan suara pelan-pelan takut kedengaran suamiku. Pak Jono   pun terasa meningkat rangsangannya terasa dari sentuhan tangannya yang   kadang-kadang mengurut sambil mengelus dan meremas pahaku apalagi ketika   sampai di selangkanganku.
Semakin timbul sensasi yang luar biasa  ketika Pak Jono membuka kain  sarungku di bagian atas pinggulku dan  memelorotin cdku sedikit ke bawah.  Kini ia mulai mengurut sambil  meremas-remas pinggulku, dan rangsanganku  semakin tinggi, aku merintih  dengan suara pelan. Dan Pak Jono tahu  kalau merangsang, aku juga tahu  kalau Pak jono juga merangsang.
Aku berkata dalam hatiku: sebelum  aku diurut dalam posisi terlentang,  aku akan pamit sama Pak Jono untuk  buang air kecil sambil aku ingin  melihat apakah suami sudak tertidur  atau belum.
Ketika Pak Jono menyuruhku terlentang, aku berkata kepadanya: “Aku mau ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil.”
Ketika keluar kamar aku lihat suamiku tertidur pulas mungkin karena lelah seharian dan habis diurut.
Di  kamar mandi aku berkata dalam hati. Kalau nanti sarungku disingkap   sampai ke selangkanganku dalam posisi terlentang, pasti Pak Jono akan   melihat bulu jembutku. Ia akan semakin merangsang. Aku menginginkannya   meraba vaginaku dan memasukkan jarinya ke lobang vaginaku.
Setelah masuk ke kamar, aku bilang bahwa suamiku tertidur lelap. Ketika mendengar kataku Pak Jono semakin bersemangat.
Kini  aku terlentang di hadapan Pak Jono. Dan Pak Jono tidak was-was lagi  ia  membuka sarungku sampai ke selangkanganku. Aku memenjamkan mata  sambil  menggigit bibirku.
Kini Pak Jono tidak memijat lagi tetapi ia  mengelus-elus dan  meremas-rema pahaku dengan gemesnya. Kini ia melihat  bulu jembutku dan  mengelus-elus bibir vaginaku, dan semakin tidak tahan  rasanya aku ingin  memegang barangnya Pak Jono sambil penasaran tapi  malu. Pak Jono semakin  berani menusukkan jarinya ke lobang vaginaku  yang sudah membasah dengan  ledir.
Aku mulai memberanikan diri  meraba selangkangan Pak Jono. Dan Pak Jono  membuka resleting celananya.  Sambil aku melirik ke selangkangannya, Pak  Jono mengeluarkan rudalnya.  Aku terkejut astaga besar dan panjang  sekali. Warnanya  kehitam-hitaman, nampak urat-uratnya mengeras, dan  kepala rudal jauh  lebih besar lagi dari batangnya. Aku menggenggamnya  tapi genggamanku  tidak muat saking besar.
Sambil mengelus-elusnya, aku bayangkan  kalau rudal yang kepalanya sangat  besar ini dimasukkan ke lobangku.  Apakah tidak robek lobang vaginaku  dan jebol lobang rahimku. Sensasiku  semakin meningkat. Perasaanku  bercampur ingin menikmati dan takut robek  dan jebol.
Pak Jono kini semakin ganas mengocok lobang vaginaku  dengan jarinya, dan  aku sangat ingin ditindihi dan disetubuhi tapi  takut kalau suami bangun  kalau mendengar jeritanku. Sambil mengocok Pak  Jono menciumi pipiku.  Pelan-pelan ia lalu mengecup bibirku, semakin  lama ia semakin ganas  mencipoki, aku pun terangsang berat.
Kemudian  ia memelukku dan menindihku sambil berusaha menyingkap  sela-sela  samping CD-ku untuk memasukkan rudalnya, tapi tidak berhasil  masuk.  Kemudian ia menekan lagi.
“Aduh…” jeritku sambil menggigit bibirku tidak tahan.
Tekanan  kedua kalinya ini tidak berhasil memasukkan rudalnya ke lobang   vaginaku. Kemudian ia menekan lagi dengan tenaga yang super keras dan   hampir masuk, tapi terdengar suara suamiku mengegok. Pak Jono dan aku   pun kaget terbangun dan menutupkan sarungku ke seluruh tubuh. Dan aku   mengakhiri pijetan.
Kemudian aku membangunkan suamiku. Pak Jono  pun pamit pulang karena  memang sudah larut malam. Kemudian aku mengajak  suami masuk kamar, aku  sudah tidak tahan. Barang suami juga mengeras  tidak seperti biasanya.  Kini aku menyalurkan rangsanganku dengan suami  sambil membayangkan  disetubuhi Pak Jono. Malam itu aku benar-benar  merasakan puncak orgasme  yang luar biasa tidak seperti biasanya, juga  suamiku.
“Ma… Malam ini tidak seperti biasanya. Urutan Pak Jono  memang luar biasa  membuat kita benar-benar mencapai puncak kenikmatan  yang luar biasa.  Kita minggu depan urut lagi ya, Ma…” kata suamiku.
Hari-hari  aku hidup dalam bayangan: Kalau malam minggu depan suamiku  tidak ada  di rumah, aku akan menyiapkan minyak pelumas agar dioleskan ke  lobang  vaginaku. Aku membayangkan barang Pak Jono yang besar dimasukkan  sambil  melelukku, menyepokiku dan menggenjotku. Membayangkannya saja  sangat  nikmat apalagi benar-benar dimasukkan. Sambil rasa khawatir kalau   lobangku nanti robek dan lobang rahimku jebol.
Kini malam minggu  datang, hatiku berdebar-debar membayangkan sesuatu  yang besar dan  panjang, membayangkan lobang vaginaku membengkak lebar,  dan lobang  rahim diterobos barang besar. Pak Jono datang memakan pakaian  yang  serasi nampak sangat gagah dan manis. Ketika suami ngobrol dengan  Pak  Jono telpon berdering. Ternyata teman suamiku mengajak ke luar kota   untuk mengurus bisnisnya.
“Ya nanti setelah dipijet,” jawab suamiku.
Malam ini aku semakin yakin bahwa aku akan disetubuhi dengan Pak Jono.
“Ma… saya nanti setelah diurut akan pergi ke luar kota,” kata suamiku padaku.
“Jadi, saya tidak usah dipijat, habis tidak ada Mas.”
“Tidak apa-apa pijet saja, Pak Jono orangnya baik, aku sudah percaya kok.”
Mendengar  pernyataan suamiku, hatiku girang karena sebentar lagi pasti  aku  disetubuhi oleh Pak Jono yang berhari-hari aku membayangkannya.
Setelah  suamiku selesai diurut ia mandi. Dan Aku bilang pada Pak Jono,  “Tunggu  dulu ya pak, minum-minum dulu kopinya. Aku mau menyiapkan  pakaian  bapak untuk ke luar kota.”
Setelah suamiku menyiapkan semua yang akan dibawa ke luar kota, ia pamit ke Pak Jono. Aku mengantarkan sampai pintu gerbang.
Begitu   Bapak berangkat hujan turun rintik-ritik. Aku masuk ke ruang tamu dan   bilang sama Pak Jono, “Tunggu dulu ya pak, aku pakaian dulu.”
Aku memakai sarung dan kaos… dan sengaja aku tidak memakai BH dan celana dalam.
Begitu  aku keluar, sorotan mata Pak Jono menatap payudaraku, aku  tersenyum.  Aku duduk di kursi sebentar. Aku bayangkan bahwa Pak jono  duda selama 4  bulan, berarti ia tidak berhubungan selama 4 bulan. Aku  yakin ia tidak  jajan sembarangan. Aku begitu yakin malam ini aku akan  digenjot  berkali-kali dan berjam-jam. Memang aku ingin sekali  berhubungan badan  sepuas-puasnya.
Sekarang aku memilih kamar untuk urut di bagian  belakang, agar jeritanku  yang keras nanti tidak terdengar oleh  siapapun. Aku mengajak Pak Jono  ke kamar belakang, dan hujan turun  cukup deras sehingga cuaca dingin  mengantarkan impianku, dan tidak akan  terdengar suara apa pun kecuali  jeritanku, bunyi cipokan yang  mengganas, dan bunyi lobang vaginaku yang  digenjot oleh kepala rudal  besar dan tenaga yang super keras.
Kini aku beduaan yang sama  mengharapkan kepuasan seksual dengan  sepuas-puasnya. Pak Jono membuka  kain sarungku dan tinggal kaos yang  menutupi payudaraku. Ia  meremas-remas pahaku. Aku  mengelinjang-gelinjang. Kemudian Pak Jono  membuka celananya. Rudalnya  tegang, membesar dan memanjang. Uratnya  mengeras dan kepala rudalnya  membesar sekali. Ia menciumi pahaku terus  ke bibir vaginaku. Aku sudah  tidak tahan karena mulai tadi sudah  merangsang karena membayangkan  kenikmatan yang sebentar lagi akan aku  rasakan.
Ia membuka bajunya dan kaosku. Kini kami berdua telanjang  bulat. Hujan  turun makin lebat, jam menunjukkan 23.00. Ia  meremas-remas tetekku  sambil mengocokkan jarinya ke lobang vaginaku.
“Pak, masukkan… aku sudah tidak tahan.”
“Aku  juga tidak tahan, aku sudah 4 bulan tidak pernah berhubungan badan,   aku ingin malam ini benar-benar puas, mungkin aku main sampai pagi,”   timpal Pak Jono.
“Aku juga pak… Aku serahkan semua tubuhku pada  Pak Jono. Tapi, oleskan  minyak pelumas yang kusiapkan ini ke lobang  vaginaku dan ke rudal Bapak  agar aku tidak merasakan sakit.”
Aku siapkan parfum dan minyak pelumas yang harum.
“Bu… lobang Ibu kecil sekali,” katanya begitu ia mengoleskan minyak pelumas dicampur dengan ludahnya.
Kini  Pak Jono mengangkangkan pahaku lebar-lebar. Pelan-pelan ia   menindihiku. Aduh rasanya berat sekali. Ia arahkan rudal besar dan   panjang itu lobang vaginaku. Ia menekan, tapi tak berhasil masuk. Kedua   kalinya ia menekan lagi dan tidak juga berhasil masuk, aku menjerit   kesakitan.
“Pertama rasanya agak sakit, karena lobang ibu kecil  sekali, dan barang  saya besar sekali, jauh tidak ngimbang,” katanya  merayuku.
Ketiga kalinya ia mengolesi lobangku dengan minyak  pelumas banyak sekali  sampai meleleh ke lobang anusku, ia campur air  ludahnya. Ia mengolesi  juga rudalnya dicampur dengan ludahnya, kemudian  ia menekan rudal besar,  panjang, hitam dan keras sekali. Ia menekannya  dengan tenaga yang super  keras, akhir masuklah kepala rudal besar itu,  dan aku pun menjerit  kesakitan.
Ia terdiam, menahan sejenak, sambil menindihiku dan menciumiku, merayu dan berbisik ke telingaku.
“Ditahan sakit dahulu ya, nanti Ibu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.”
Aku mengangguk.
“Tahan ya, Bu, aku akan tekan lagi agar masuk semua,” bisiknya lagi.
Ia menekannya dengan tenaga yang keras, aku tidak tahan.
“Aduh.. sakit, Pak,” Jeritku tertahan sambil menggigit bibir.
Akhirnya  barang itu trot… bleees… masuk semua. Rasanya rudal itu masuk  menembus  ke lobang rahimku. Kini beralih dari rasa sakit ke rasa nikmat  yang  luar biasa.
“Pak .. rasanya nikmat sekali.”
Semakin ganaslah  Pak Jono menggenjotnya. Nyaring sekali bunyi lobang  vaginaku akibat  genjotan yang luar biasa. Nikmatnya luar biasa terasa  sampai ke  ubun-ubun, aku menggigil, meraung-raung kenikmatan.
“Aah… uuuh… uuh… aku… aku… mau mencapai puncak, Pak…”
Pak  Jono menekan keras-keras. Aku pun mencapai puncak kenikmatan yang  luar  biasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Pak Jono sangat kuat  dan  bertahan lama, ia belum mencapai orgasme. Aku sudah lemas, tapi  karena  Pak Jono meremas-remas kembali tetekku dan menjelati vaginaku,  aku  mulai merangsang lagi.
Pak Jono menyuruhku nungging. Ia menusukkan  kembali rudalnya dan  mengocoknya dan menggenjot dari belakang,  bunyinya semakin keras,  ceprok… ceprok.. ceprok… sambil ia  mengelus-ngelus lobang anusku. Ia  ngambil minyak pelumas dan dioleskan  ke lobang anusku, jarinya  ditusukkan ke lobang anusku.
“Aduh… Pak!” jeritku.
Tapi  ia pintar sekali menciptakan rangsangan baru. Ia kocok lobang  anusku  pelan-pelang dengan jarinya, lama-lama aku merasakan nikmat.
“Enak.. Pak… Nikmat… Pak.”
Akhirnya  Pak Jono menambahi minyak pelumas ke lobang anusku, dan  mencabut  rudalnya dari vaginaku, ia oles-oleskan kepala rudalnya ke  pintu  anusku.
“Hangat rasanya, nikmat Pak, nikmat Pak.”
Kemudian  menusukkan tepat ke lobang anusku dan menekannya. Akhirnya  barang besar  itu masuk juga. Cepret… prot… ia tekan pelan-pelan hingga  separuh  penis itu. Ia mendorongku agar aku tengkurep. Begitu tengkurep  ia  menindihku, menekankan lagi sisa separuhnya. Aduh nikmat sekali  rasanya  di anus. Sampai terasa ada cairan muncrat dari dalam lobang  anusku. Ia  terus mengocok dan menggejot semakin cepat, aku merasakan  nikmat  sambil menahan genjotan. Prot… prot… druuuuut. Semakin ganas ia   menggenjot sampai aku terkentut-kentut dibuatnya. Akhirnya Pak Jono   mencapai puncaknya dan muncratlah pejunya memenuhi lobang anusku.
Malam itu aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku disetubuhi oleh Pak Jono sampai 4 kali hingga pagi.
sumber www.facebook.com






 
 
 
 
 
 


0 komentar:
Posting Komentar